Ironis, Perkampungan Kumuh Di Jakarta Dijadikan Objek Wisata

Sekedar info aja buat temen-temen yang belum pernah baca, soalnya saya juga baru baca hari ini walaupun beritanya udah dari tahun 2009 (hehehe, katrok banget ya). Silahkan dibaca bagi yang belu tahu.



Pakaian yang mereka kenakan bergaya kasual, T-shirt dan celana pendek. Satu-dua orang membawa tas punggung dan minuman dan mengunyah-mguyah permen karet. Semua persis seperti orang yang akan berkunjung ke tempat wisata, Sabtu 7 November 2009.

Mereka adalah 31 mahasiswa Hogskolen Norwegia yang akan memulai tur pertama mereka di Jakarta. Mahasiswa dari dua jurusan, Hogskolen I Telemak dan Hogskolen Soga Og Fjordane menghabiskan waktu seharian mengikuti program wisata bertajuk "Jakarta Hidden City."

Beranjak siang, tur di tiga tempat wisata dimulai. Tujuan mereka bukan tempat wisata yang normal.
Wilayah yang mereka kunjungi adalah kawasan pemukiman kumuh di sekitar rel kereta api Galur,Senen, Perumahan Padat penduduk di sekitar Sungai Ciliwung dan pelabuhan nelayan di Luar Batang Pelabuhan Sunda Kelapa tujuan wisata kali ini.

Jumlah rombongan yang besar memaksa panitia membagi dalam dua kelompok yang akan bergantian menelusuri tiga rute Jakarta Hidden City.

Lepas dari jalan besar, wajah lain Jakarta mulai menampakkan diri. Kemacetan dan tumpah ruah pasar dengan aktivitasnya menyambut mahasiswa menuju perhentian pertama, Kampung Pulo di kawasan Senen. 
Perkampungan yang sebagian besar berdiri di atas salahsatu aliran sungai Ciliwung. Belasan anak kecil mulai mengerumuni kami. Daya tarik 'bule' sangat besar bagi mereka. "Bule, bule kita mau difoto," seru anak-anak yang tak beralas kaki itu. Rupanya mereka sudah sering dikunjungi.

Aroma campur-campur langsung menyergap begitu kami memasuki perumahan padat dan selalu tampak temaram. Minim cahaya disana. Meski tak mengerti bahasa Inggris, para penghuni langung merespon.
Ibu-ibu yang berkumpul mencoba menyapa, "Mister, welcome, come here," kata seseorang yang disambut cekikikan tetangga lain. Beberapa lainnya menawarkan makanan yang sedang mereka buat di udara terbuka.

Mahasiswi bule pun menanggapi. Banyak foto di buat disini. Sebagian besar objek anak-anak yang tampak girang bersama mahasiswa.

Tak ketinggalan juga kunjungan ke usaha rumahan tempe, nasi goreng gerobak. Hampir satu jam kami menyusuuri lorong-lorong sempit diatas kali dengan kesibukan akhir pekannya. Sesekali, lengkingan tangis balita terdengar di tengah keriuhan dengan para wisatawan muda ini.

Pemandu tur, Ronni Poluan, mengatakan biasanya tur hanya diikuti dua-tiga orang. "Tapi sekarang banyak, jadi agak susah mengatur," katanya yang sudah membawa puluhan turis asing sejak awal tahun ini.

Perjalanan dilanjutkan ke pasar gaplok Senen yang berada di seputar rel kereta api. Di tempat ini, mahasiswa melihat ratusan tenda-tenda yang berfungsi sebagai rumah.

Dengan bahasa Inggris yang juga terbata, mahasiswa dan warga penghuni rel berkomunikasi. "I can't imagine we could live here," celetuk salah seorang mahasiwi dengan temannya sementara kami berjalan mengitari perkampungan rel.

Ronni dalam penjelasannya mengatakan pasar Gaplok adalah pasar termurah yang ada di sekitar daerah itu. Tapi dengan pertaruhan nyawa karena 15 menit sekali kereta api akan melewati tempat itu.

Ivar Schou, pemimpin rombongan dengan santai mengobrol dengan warga sekitar rel. Lelaki yang menjadi penanggungjawab Hogskol Norwegia di Bali ini bercakap dalam bahasa Indonesia.
Dia berbicara cukup fasih, sebab dia cukup lama di Indonesia. Kali ini merupakan kunjungannya yang ketiga ke kawasan rel kereta tersebut. "Kami ingin memberikan sesuatu yang berbeda bagi mahasiswa kami dalam tur mereka ke Indonesia," kata Ivar.

Kunjungan ini sedikit berbeda dengan kunjungan di kota lain, seperti Yogjakarta dan Denpasar. Kebanyakan mereka disajikan keindahan alam. "Perbedaan budaya inilah yang akan kami harap menjadi pelajaran bagi pelajar," Ivar menjelaskan.
Sejak Agustus lalu, dia telah memboyong 75 orang siswa untuk tur di Jakarta Hidden City. "Kami berharap dari sini juga mahasiswa kami bisa tergerak untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan," katanya.


Sumber :
Viva News

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syahrazad Dan Kisah 1001 Malam

Kenapa Bendera Indonesia Berwarna Merah Putih?

Mau Tau, Sejarah Setrika