Sungai Bawah Laut di Cenote Angelita, Meksiko



Mungkin ada yang merasa aneh dengan judul di posting kali ini. Kok ada sungai di bawah laut ya?
Ya tapi memang itu kenyataan dan benar adanya. hehe,
Jika ada yang belum tau mari disimak lebih dahulu.

Sebelumnya ada baiknya kita mengetahui arti "Coneta". Kata "Coneta" itu berasal dari kata suku maya "D'Zonot" yang berarti "Sebuah lubang/gua bawah tanah yang memiliki air". Sedangkan "Angelita" berarti "Malaikat Kecil". Jadi Coneta Angelita berarti "Gua Malaikat Kecil". Coneta Angelita ini  memiliki diameter lubang sekitar 30 meter dengan kedalam sekitar 60 meter. Coneta ini berada di bawah hutan lebat yang memiliki keanekaragaman flora fauna yang cukup kaya.

Sebenarnya kurang tepat jika menyebut Coneta Angelita sebagai sungai di dasar laut. Coneta Angelita sebenarnya sebuah gua berair di tengah hutan, bukan di laut, walaupun airnya memang terhubung dengan laut. Jika menyelam ke dalam Coneta Angelita, kita akan menemukan air tawar pada kedalaman 30 meter pertama yang kemudian diikuti dengan air asin pada kedalaman 60 meter. pada kedalaman itu juga kita bisa melihat sungai dan pohon-pohon di dasarnya.
 
 

 

Dalam deskripsi mengenai Coneta Angelita, Analoty Beloschin, seorang fotografer profesional mengatakan :
"We are 30 meters deep, fresh water, then 60 meters deep - salty water and under me i see a river, island and fallen leaves.."
Yang kurang lebih artinya adalah seperti berikut :
"Di kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada kedalaman 60 meter, air asin, dan dibawah saya melihat sebuah sungai, pulau dan daun-daun yang jatuh."

Lalu, kenapa air laut dan air tawar tidak bercampur menjadi air payau misalnya. Hal ini dikarenakan adanya fenomena Halocline. Halocline adalah zona vertikal di dalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan perubahan kedalaman. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar.

Air asin memiliki kepadatan yang lebih besar dibandingkan air tawar. Ini membuat ia memiliki berat jenis yang juga lebih besar. Karena itu wajar kalau air tawar berada di atas air asin. Ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan membuat lapisan halocline yang berfungsi menjadi pemisah antara keduanya. Perisitwa ini tidak terjadi di semua pantai atau bagian di laut, namun cukup umum terjadi di gua-gua air yang terhubung ke laut seperti Coneta.
Perbatasan antara air asin dan air tawar (Halocline) pada Coneta Angelita berada pada kedalaman sekitar 33 meter. Dalam kasus Coneta ini, air tawar di permukaan berasal dari air hujan.
Fenomena air tawar yang terpisah dengan air asin sebenarnya bukan hal yang baru 2.000 tahun yang lalu, seorang ahli geografi Roma bernama Stroba pernah menulis mengenai para penduduk Latakia, barat Siria, yang mengayuh perahunya sekitar 4 kilometer menjauhi pantai lalu menyelam dengan membawa kantung air dari kulit kambing dan mengambil air tawar berkumpul di laut. Hari ini, para penyelam juga bisa melakukan hal yang sama di banyak pantai dunia.





Dari foto di atas, Coneta Angelita sepertinya memiliki sungai didasarnya. Namun sebenarnya sungai tersebut hanyalah sebuah ilusi. Deskripsi yang paling tepat untuk menyebutnya, bukan sungai, melainkan kabut/awan, karena lapisan yang terlihat seperti sungai itu adalah Hidrogen Sulfida. Lapisan ini membentuk kabut/awan tebal yang membuat ilusi sungai.
Tidak banyak yang bisa menyelam sampai kedalaman ini karena lapisan ini terdapat di dasar Coneta Angelita, yaitu di kedalaman sekitar 60 meter.
Lapisan Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau organisme yang membusuk di dasar Coneta. Karena itu lapisan ini memiliki bau yang tidak enak, seperti telur busuk. Selain karena aktifitas bakteri pembusukan, gas ini juga bisa dihasilakan oleh aktifitas gunung merapi. Dalam kadar yang tinggi, gas ini berbahaya bagi manusia karena bisa menggangu beberapa sistem dalam tubuh manusia.
 
Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syahrazad Dan Kisah 1001 Malam

Kenapa Bendera Indonesia Berwarna Merah Putih?

Dari Mana Asal Kotoran Telinga?