Elizabeth Bathory, “Drakula” Sebenarnya
Elizabeth Bathory |
Jika
mendengar kata drakula, mungkin yang terbayang dalam fikiran kita adalah
sesosok makhluk penghisap darah yang kejam seperti yang banyak ditayangkan di
film-film Hollywood, tentu saja yang paling diingat adalah Edward Cullen-nya
Twillight. Namun, taukah anda yang saya maksud drakula dalam tulisan kali ini
bukanlah si ganteng Edward Cullen ataupun Vlad Dracul?Yap, benar sekali.
Elizabeth Bathory lah yang saya maksud. Mungkin sebagian besar pembaca baru
kali ini mendengar nama tersebut, jadi siapa sebenarnya dia?Dan mengapa ia bisa
dinobatkan menjadi drakula?Inilah sejarahnya, silahkan disimak.
Elizabeth
Bathory, merupakan pembunuh berantai terbesar dalam sejarah, tercatat kurang
lebih 650 nyawa manusia melayang sia-sia ditangannya. Ini merupakan pencapaian
rekor kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang individu dengan
memakan korban tertinggi sepanjang sejarah umat manusia.
Kakek buyut
Elizabeth Báthory adalah Prince Stephen Báthory yang merupakan salah satu
Ksatria yang memimpin pasukan Vlad Dracul ketika dia merebut kembali kekuasaan
di Walachia seabad sebelumnya. Elizabeth terlahir dari pasangan Georges dan
Anna Báthory yang merupakan bangsawan kaya raya dan salah satu keluarga
bangsawan paling kaya di Hungaria saat itu. Keluarga besarnya juga terdiri dari
orang-orang terpandang. Salah satu sepupunya adalah perdana menteri di
Hungaria, seorang lagi adalah Kardinal. Bahkan pamannya, Stepehen kemudian
menjadi Raja Polandia. Namun keluarga Báthory memiliki 'sisi' lainnya yang
lebih 'gelap' selain segala kekayaan dan popularitasnya. Disebutkan bahwa salah
satu pamannya yang lain adalah seorang Satanis dan penganut Paganisme sementara
seorang sepupunya yang lain memiliki kelainan jiwa dan gemar melakukan kejahatan
sexual.
Tahun 1575,
di usia 15 tahun Elizabeth menikah dengan Count Ferenc Nádasdy yang 10 tahun lebih tua darinya.
Karena suaminya berasal dari bangsawan yang lebih rendah, maka Count Ferenc
Nádasdy menggunakan nama Báthory dibelakangnya. Elizabeth tetap menggunakan
nama keluarganya yaitu Báthory dan tidak menjadi Nádasdy. Kedua pasangan
tersebut kemudian tinggal di Istana Čachtice, yang merupakan sebuah kastil di
atas pegunungan dengan desa Čachtice dilembah dibawahnya. Suaminya jarang
mendampingi Elizabeth karena Count Ferenc lebih sering berada di medan
pertempuran melawan Turki Usmani (Ottoman Empire). Ferenc kemudian menjadi
terkenal karena keberaniannya di medan pertempuran, bahkan dianggap sebagai
pahlawan di Hungaria dengan julukan 'Black Hero of Hungary'.
Elizabeth
yang masih muda tentu senantiasa merasa kesepian karena selalu ditinggal sang
suami. Disebutkan dia memiliki kebiasaan mengagumi kecantikannya dan kemudian
memiliki banyak kekasih gelap yang melayaninya selama sang suami tidak berada
di tempat. Elizabeth bahkan pernah melarikan diri bersama kekasih gelapnya
namun kemudian kembali lagi dan suaminya memaafkannya. Tetapi hal tersebut
tidak mengurangi ketagihan Elizabeth akan kepuasan seksual. Disebutkan juga
Elizabeth menjadi seorang biseksual dengan melakukan hubungan lesbian dengan
bibinya, Countess Klara Báthory.
Bersama para kru S&M-nya, Elizabeth mengubah Istana Čachtice menjadi pusat teror dan penyiksaan seksual. Para gadis muda yang jadi pelayannya disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan seperti diikat, ditelanjangi lalu dicambuk dan juga menggunakan berbagai alat untuk menyakiti bagian-bagian tubuh tertentu.
Tahun 1600, Ferenc meninggal dan era teror sesungguhnya dimulai. Memasuki usia 40 tahun, Elizabeth menyadari bahwa kecantikannya mulai memudar. Kulitnya mulai menunjukan tanda-tanda penuaan dan keriput yang sebenarnya lumrah di usia tersebut. Tapi Elizabeth adalah pemuja kesempurnaan dan kecantikan dan dia akan melakukan apa saja demi mempertahankan kecantikannya. Suatu saat seorang pelayaan wanita yang sedang menyisir rambutnya secara tidak sengaja menarik rambut Elizabeth terlalu keras. Elizabeth yang marah kemudian menampar gadis malang tersebut. Darah memancar dari hidung gadis itu dan mengenai telapak tangan Elizabeth. Saat itu Elizabeth disebutkan 'menduga dan percaya' bahwa darah gadis muda memancarkan cahaya kemudaan mereka. Serta merta dia memerintahkan pelayannya, Johannes Ujvari dan Dorka menelanjangi gadis tersebut, menariknya keatas bak mandi dan memotong urat nadinya. Ketika si gadis meninggal kehabisan darah, Elizabeth segera mesuk kedalam bak mandi dan berendam dalam kubangan darah. Dia menemukan apa yang diyakininya sebagai 'Rahasia Awet Muda'.
Ketika semua pelayan mudanya sudah mati, Elizabeth mulai merekrut gadis muda di desa sekitarnya untuk dijadikan pelayan di Kastilnya. Nasib mereka semuanya sama , diikat di atas bak mandi kemudian urat nadi mereka dipotong hingga darah mereka menetes habis kedalam bak mandi. Seringkali Elizabeth berendam di dalam kolam darah sambil menyaksikan korbannya sekarat meneteskan darah hingga tewas. Sesekali Elizabeth bahkan meminum darah para gadis tersebut untuk mendapatkan apa yang ia sebut 'inner beauty'.
Lama kelamaan Elizabeth merasa bahwa darah para gadis desa masih kurang baginya. Demi mendapat darah yang menurutnya lebih berkualitas, Elizabeth mengincar darah para gadis bangsawan rendahan. Dia kemudian melakukan penculikan terhadap gadis-gadis bangsawan untuk dijadikan korbannya. Namun hal tersebut menjadi bumerang baginya. Hilangnya gadis-gadis bangsawan dengan cepat mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan, orang-orang berpengaruh, hingga Raja sendiri. Tanggal 30 Desember 1610, pasukan tentara dibawah pimpinan György Thurzó, yang merupakan sepupu Elizabeth sendiri, menyerbu Istana Čachtice di malam hari. Mereka semua terkejut melihat pemandangan yang mereka temukan di dalam Istana Čachtice. Mayat seorang gadis yang pucat kehabisan darah tergeletak di atas meja makan, seorang lainnya yang masih hidup namun sekarat ditemukan terikat di tiang dengan kedua urat nadinya disayat hingga meneteskan darah. Di bagian penjara ditemukan belasan gadis yang sedang ditahan menunggu giliran dibunuh. Kemudian di ruang basement ditemukan lebih dari 50 mayat yang sebagian besar sudah mulai membusuk.
Sekurangnya 650 nama tercatat dalam pengadilan atas Elizabeth Bathory pada tahun 1611. Nama-nama itu didapat berdasarkan laporan dari berbagai pihak. Mulai dari keluarga-keluarga petani hingga bangsawan. Elizabeth sendiri tidak pernah didatangkan ke pengadilan untuk diadili secara langsung. Hanya empat pelayannya yang diadili dan kemudian dihukum mati. Raja Hungaria memerintahkan Elizabeth dikurung dalam kamarnya di Istana Čachtice selama sisa hidupnya. Para pekerja kemudian dikerahkan untuk menutup semua pintu dan jendela ruang kamar Elizabeth dengan tembok dengan hanya menyisakan lubang kecil yang digunakan untuk memasukan makanan dan minuman.
Tahun 1614, atau 4 tahun setelah Elizabeth diisolasi dengan tembok di kamarnya sendiri, seorang penjaga melihat makanan yang disajikan untuk Elizabeth tidak tersentuh selama seharian. Penjaga itu kemudian mengintip kedalam dan melihat sang Countess tertelungkup dengan wajah di lantai. Elizabeth 'The Blood Countess' Báthory meninggal di usia 54 tahun pada 21 Agustus 1614.
Sumber
Komentar
Posting Komentar